Salam dan Bahagia,..
Bapak Ibu Guru
dan pembaca yang berbahagia di seluruh Indonesia, sebelum saya menyajikan
artikel untuk Anda semua, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Aini Esh
Shofa, S.Pd.I, seorang guru di SMK Negeri 2 Kota Pangkalpinang, Kepulauan
Bangka Belitung.
Artikel ini saya buat dengan harapan agar saya sebagai pendidik selalu
termotivasi untuk mengkontekstualisasikan pembelajaran berdasarkan pemikiran Ki
Hajar Dewantara ke dalam aktivitas sehari-hari. Sebagai pendidik saya sangat
mengharapkan keberhasilan anak-anak saya di rumah dan juga murid-murid saya di
sekolah. Untuk mencapai keberhasilan itu tentunya tidak lepas dari usaha kita
sebagai guru.
Apa usaha yang sudah saya lakukan?.Yang pasti adalah mengajar.
Mengajar merupakan bagian dari pendidikan yang berupa memberikan ilmu kepada
murid untuk dipahami, dimengerti untuk kemudian memastikan murid dapat
menggunakannya sebagai pemecah masalah sehari-hari. Metode yang saya gunakan
dari tahun ke tahun adalah rangkaian dari menjelaskan materi, menyajikan contoh
soal dan penyelesaiannya, kemudian menyajikan soal-soal untuk dipecahkan secara
individu, dan jarang sekali menggunakan model cooperative
learning ( berkelompok ). Alasannya adalah karena pembelajaran
berkelompok menjadikan materi tidak segera selesai dan bertele-tele. Walaupun
begitu, menurut pengalaman dan pengamatan saya, hasil belajar rata-rata murid
pun seringkali di bawah standar yang saya targetkan.
Banyak opini dan wacana tentang pendidikan berorientasi pada murid
yang sudah beredar bahkan dianjurkan namun saya melihat masih banyak guru
termasuk saya yang belum menaruh perhatian yang serius tentang hal ini.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat menginspirasi saya untuk
memahami dasar-dasar pendidikan. Bahwa setiap anak membawa kekuatan kodrat baik
buruknya masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik adalah menuntun mereka
dalam rangka menumbuhkan dan jika memungkinkan mengembangkan kekuatan (
potensi-potensi ) baik yang ada pada anak dan membiarkan atau meminimalkan
potensi buruknya. Pemberian pengajaran yang bagus dan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan menyenangkan akan berpengaruh positif terhadap tumbuh
kembang potensi baik pada anak. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk
menerapkan model pembelajaran di kelas berdasarkan pemikiran KHD.
Apa yang
seharusnya saya lakukan untuk menerapkan pemikiran KHD dalam praktik
pembelajaran di kelas ?. Dari pengetahuan yang saya
dapatkan, yang
seharusnya dilakukan adalah membuat perencanaan yang matang untuk sebuah pembelajaran yang berpusat pada murid demi keberhasilan mereka. Model pembelajaran
berdiferensiasi adalah model yang dipandang representatif
untuk pembelajaran yang berpusat pada murid. Apakah itu pembelajaran berdiferensiasi? Menurut
Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap
murid. Hal-hal yang perlu direncanakan oleh guru
adalah sebagai berikut :
1) Menciptakan
lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar.
2) Menentukan
tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas,
3) Melaksanakan
penilaian berkelanjutan.
4) Menanggapi
atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
5) Memberikan kebebasan kepada murid untuk bereksplorasi.
6) Menyesuaikan
rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, dan
7) Manajemen
kelas yang efektif.
8) Menciptakan hubungan kedekatan secara emosional dengan murid
Perlu diingat bahwa pola asuh KHD adalah momong, among dan ngemong. Jadi kita sebagai guru memberikan ruang eksplorasi kepada murid seluas-luasnya namun tetap dengan pengarahan dari kita sebagai guru di kelas. Dengan begitu murid akan merasakan pengalaman belajar yang bermakna.
Semoga bermanfaat.
Salam dan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar