Kamis, 24 Oktober 2024

Rangkuman Koneksi Antarmateri Modul 3.1_Aini Esh Shofa

 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebaikan Sebagai Pemimpin

" Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/ utama adalah yang terbaik "

( Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best )

= Bob Talbert = 

1.      Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya ! Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Kaitannya adalah bahwa mengajarkan suatu ilmu kepada anak adalah hal yang mulia namun membentuk karakter anak menjadi baik adalah lebih mulia dan diutamakan. Karena adab berada di atas ilmu. Ketika orang berilmu namun memiliki akhlak atau karakter yang kurang bagus, maka ilmu yang didapatkan hanya akan menjadikan dirinya pribadi yang sombong yang tidak seorangpun menyukai sifat itu. Tuhanpun tidak menyukainya. Sebaliknya jika seseorang berkarakter bagus namun keahlian terhadap suatu ilmu tertentu tidak begitu cakap, secara otomatis karakter baiknya akan menutupi kekurangannya.

2.      Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Proses pengambilan keputusan hendaknya berorientasi pada nilai-nilai kebajikan, berpihak kepada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila setiap pengambilan keputusan didasarkan pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut maka bisa diharapkan dampak baiknya bagi pihak-pihak yang berkepentingan itu sendiri maupun bahkan pihak lain. Walaupun ada pihak yang pada awalnya tidak menerima keputusan yang kita buat namun dengan transparansi data dan pendekatan yang baik dan berorientasi pada nilai-nilai kemaslahatan maka akhirnya akan dapat diterima setiap orang.

3.      Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kontribusi terhadap proses pembelajaran murid dalam pengambilan keputusan dapat berupa melibatkan guru, murid, dan orang tua dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengarkan masukan dari berbagai pihak, keputusan yang diambil akan lebih relevan dan sesuai kebutuhan. Selain itu kita bisa menggunakan data dari penilaian dan umpan balik untuk menginformasikan keputusan. Ini membantu dalam merumuskan strategi pembelajaran yang lebih efektif. Kontribusi dapat juga dilakukan dengan mencoba pendekatan pembelajaran yang berbeda untuk meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar murid. Hal yang tidak kalah penting dilakukan adalah mengembangkan budaya sekolah yang inklusif dan suportif, di mana setiap murid merasa aman dan termotivasi untuk belajar.

4.      Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Kutipan tersebut menjelaskan pentingnya pendidikan dalam membentuk perilaku etis. Materi dalam modul tidak hanya bersifat akdemis namun juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Modul ini mencakup studi kasus dilema etika dalam lingkup sekolah, hal ini dapat mendorong kita untuk berpikir kritis dan mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan kita. Diskusi kelompok dan refleksi pribadi juga bisa membantu kita memahami perspektif orang lain, meningkatkan empati, dan membangun kesadaran sosial.

Dengan demikian, proses pembelajaran yang baik tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan etis. Pendidikan yang holistik seperti ini sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. 

 

RANGKUMAN KESIMPULAN PEMBELAJARAN

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara menekankan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan tanggung jawab. Prinsip "Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani" menggambarkan pendekatan kepemimpinan yang memotivasi dan membimbing. Seorang pemimpin diharapkan menjadi teladan (ing ngarso), mendorong partisipasi (ing madya), dan memberikan dukungan (tut wuri).

Sedangkan Pratap Triloka, yang berarti "tiga dunia," merujuk pada keseimbangan antara dunia fisik, mental, dan spiritual. Dalam konteks kepemimpinan, konsep ini mengajak pemimpin untuk mempertimbangkan berbagai aspek dalam pengambilan keputusan, termasuk dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pemimpin harus mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang holistik. Adapun kaitannya dengan pengambilan keputusan, Filosofi KHD mengajak pemimpin untuk mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap keputusan. Ini berimplikasi pada pengambilan keputusan yang adil dan inklusif. Kemudian dengan memahami pentingnya kolaborasi (Pratap Triloka), pemimpin dapat mengajak tim untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.Pemimpin juga perlu melihat setiap keputusan dari berbagai aspek (fisik, mental, spiritual) agar dampaknya menyeluruh dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan prinsip Pratap Triloka, yang mendorong pemimpin untuk tidak hanya fokus pada hasil jangka pendek, tetapi juga pada keberlanjutan jangka panjang. Yang terakhir, dalam konteks pengambilan keputusan, pemimpin yang baik harus menjadi contoh dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, sehingga keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan secara praktis, tetapi juga etis. Dengan demikian, baik filosofi Ki Hajar Dewantara maupun Pratap Triloka memberikan kerangka kerja yang kuat bagi pemimpin dalam mengambil keputusan yang bijak, berorientasi pada nilai, dan berkelanjutan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita memainkan peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Berikut beberapa cara bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil:

  1. Pijakan Moral: Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan keadilan menjadi dasar bagi prinsip moral kita. Ketika dihadapkan pada keputusan, kita cenderung memilih opsi yang sejalan dengan nilai-nilai ini.
  2. Prioritas: Nilai-nilai yang kita anut menentukan prioritas kita. Misalnya, jika keluarga adalah nilai yang sangat penting, keputusan yang diambil mungkin lebih memprioritaskan kesejahteraan keluarga daripada karir.
  3. Identitas dan Budaya: Nilai-nilai yang berasal dari budaya dan lingkungan sosial kita membentuk cara kita melihat dunia. Ini bisa mempengaruhi keputusan terkait hubungan, karir, dan interaksi sosial.
  4. Respon Emosional: Nilai-nilai tertentu dapat membangkitkan respons emosional yang kuat, mempengaruhi keputusan kita. Misalnya, nilai empati mungkin mendorong kita untuk lebih peduli terhadap orang lain dalam pengambilan keputusan.
  5. Konsistensi: Ketika kita membuat keputusan, kita cenderung ingin menjaga konsistensi dengan nilai-nilai yang kita pegang. Ketidakselarasan antara keputusan dan nilai-nilai bisa menyebabkan perasaan ketidaknyamanan atau penyesalan.

Dengan demikian, nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat memengaruhi cara kita menganalisis pilihan dan membuat keputusan, membimbing kita menuju apa yang kita anggap sebagai tindakan yang benar dan tepat.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat penting dalam konteks coaching karena proses ini membantu kita untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil dan mengevaluasi efektivitasnya. Dalam sesi coaching, fasilitator dapat membantu CGP untuk:

  1. Refleksi: Mendorong CGP untuk merenungkan keputusan yang telah diambil—apa yang mendasari keputusan tersebut, dan apakah hasilnya sesuai harapan.
  2. Evaluasi Efektivitas: Membantu CGP menilai apakah keputusan tersebut membawa hasil yang diinginkan atau jika ada aspek yang perlu diperbaiki. Ini bisa melibatkan pertanyaan seperti: "Apa yang berjalan baik?" dan "Apa yang tidak berjalan sesuai rencana?"
  3. Mengatasi Keraguan: Seringkali, setelah membuat keputusan, individu mungkin masih memiliki keraguan atau pertanyaan. Sesi coaching dapat memberikan ruang aman untuk mengeksplorasi keraguan ini, mendorong CGP untuk mempertimbangkan opsi lain atau alternatif.
  4. Strategi untuk Keputusan Masa Depan: Coaching juga bisa membantu coachee merumuskan strategi atau pendekatan baru dalam pengambilan keputusan di masa mendatang, berdasarkan pengalaman yang telah dilalui.
  5. Mengembangkan Keterampilan: Selain itu, proses coaching dapat memperkuat keterampilan pengambilan keputusan coachee, seperti analisis risiko, pemikiran kritis, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan situasi.

Dengan demikian, sesi coaching tidak hanya mendukung proses pembelajaran tetapi juga menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik di masa depan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat penting untuk meningkatkan :

1.      Kesadaran Diri: Guru yang memahami emosinya sendiri dapat lebih bijak dalam merespons situasi. Kesadaran ini membantu mereka menilai dampak keputusan terhadap siswa dan lingkungan sekolah.

  1. Empati: Guru yang memiliki empati yang baik mampu memahami perspektif siswa dan rekan kerja. Ini memudahkan mereka untuk mempertimbangkan konsekuensi sosial dari keputusan yang diambil.
  2. Pengelolaan Stres: Guru yang mampu mengelola stres dan emosinya cenderung lebih tenang dan rasional dalam menghadapi dilema etika. Ini membantu mereka untuk tidak terbawa emosi saat mengambil keputusan.
  3. Komunikasi Efektif: Keterampilan sosial emosional mendukung guru dalam berkomunikasi dengan baik, menjelaskan keputusan yang diambil, dan mendiskusikan dilema etika dengan siswa dan kolega.
  4. Pembentukan Hubungan Positif: Hubungan yang baik dengan siswa dan orang tua menciptakan suasana yang mendukung, di mana dilema etika bisa dibahas secara terbuka, sehingga menghasilkan keputusan yang lebih adil dan berimbang.

Dengan demikian, kemampuan guru dalam aspek sosial emosional tidak hanya mempengaruhi kualitas keputusan yang diambil, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi semua pihak yang terlibat. 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam menganalisis studi kasus tersebut:

  1. Identifikasi Nilai-Nilai Pendidik: Pertama, penting untuk memahami nilai-nilai moral dan etika yang dipegang oleh pendidik. Apakah mereka lebih mengutamakan keadilan, kejujuran, empati, atau nilai-nilai lain? Ini akan menjadi dasar dalam menganalisis situasi yang ada.
  2. Analisis Kasus: Tinjau kasus dengan cermat. Apa masalah moral atau etika yang muncul? Apa keputusan yang diambil dan alasan di baliknya? Bagaimana keputusan tersebut sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh pendidik?
  3. Diskusi dan Perspektif: Ajak diskusi dengan rekan atau siswa untuk mendapatkan berbagai perspektif. Bagaimana mereka melihat masalah tersebut? Apakah mereka memiliki nilai yang sama atau berbeda? Ini dapat membantu memperluas pemahaman tentang isu yang dihadapi.
  4. Evaluasi Konsekuensi: Pertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Apakah keputusan tersebut menciptakan hasil yang positif atau negatif bagi siswa dan lingkungan pendidikan? Ini membantu dalam memahami dampak dari nilai-nilai yang diterapkan.
  5. Refleksi Pribadi: Pendidik harus melakukan refleksi pribadi tentang bagaimana nilai-nilai mereka mempengaruhi pendekatan mereka terhadap masalah tersebut. Apakah ada kebutuhan untuk menyesuaikan nilai atau pendekatan berdasarkan hasil yang diobservasi?
  6. Pengembangan Kebijakan: Jika relevan, diskusikan bagaimana kebijakan pendidikan dapat ditinjau atau dibentuk berdasarkan pembelajaran dari studi kasus tersebut. Apakah ada praktik terbaik yang dapat diadopsi untuk mengatasi masalah serupa di masa depan?

Dengan pendekatan ini, pembahasan studi kasus tidak hanya menjadi analisis situasi, tetapi juga proses reflektif yang mendalam yang menghubungkan nilai-nilai pribadi dengan praktik pendidikan yang etis.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat memang sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Analisis Situasi: Identifikasi masalah atau situasi yang dihadapi dengan mengumpulkan informasi yang relevan. Pertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan.
  2. Libatkan Stakeholder: Ajak pihak-pihak yang terpengaruh dalam pengambilan keputusan. Ini dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan menciptakan rasa kepemilikan.
  3. Pertimbangkan Opsi: Kembangkan beberapa alternatif solusi. Evaluasi kelebihan dan kekurangan masing-masing opsi untuk melihat mana yang paling sesuai.
  4. Timbang Dampak: Pertimbangkan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari setiap opsi. Fokus pada bagaimana keputusan akan mempengaruhi lingkungan secara keseluruhan.
  5. Ambil Keputusan: Setelah mempertimbangkan semua informasi dan opsi, buat keputusan yang paling tepat berdasarkan analisis yang telah dilakukan.
  6. Implementasi dan Evaluasi: Setelah keputusan diambil, pastikan untuk melaksanakan dengan baik. Selalu evaluasi hasilnya dan bersiap untuk melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, keputusan yang diambil akan lebih terarah dan berpotensi menciptakan lingkungan yang lebih baik

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika di lingkungan saya misalnya bahwa dilema etika sering kali melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda. Menyelaraskan semua perspektif ini bisa sulit, adanya nilai-nilai yang berbeda dalam masyarakat bisa mempengaruhi keputusan yang diambil, kurangnya informasi yang akurat juga sangat mempengaruhi keputusan karena keputusan yang baik membutuhkan informasi yang akurat. Terkadang, data yang diperlukan untuk menilai situasi secara menyeluruh tidak tersedia dan emosi dan pengalaman pribadi bisa memengaruhi cara seseorang melihat dilema etika, sehingga mengganggu objektivitas.

Adapun kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan saya mungkin terlihat dalam bagaimana masyarakat semakin menghargai transparansi dan akuntabilitas. Perubahan ini mendorong individu dan organisasi untuk lebih bertanggung jawab atas keputusan etis mereka. Namun, ini juga dapat menciptakan tekanan tambahan untuk bertindak dengan cara tertentu, yang bisa menjadi tantangan tersendiri.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan dalam pengajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kita untuk memerdekakan murid-murid. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan potensi unik setiap siswa. Beberapa cara pengambilan keputusan yang mempengaruhi pengajaran adalah

1.      Memahami kebutuhan dan gaya belajar siswa memungkinkan kita untuk memilih metode yang sesuai, seperti pembelajaran berbasis proyek atau kolaboratif. Ini membantu siswa merasa lebih terlibat dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka.

  1. Mengumpulkan dan menganalisis data tentang kemajuan siswa dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik mengenai intervensi yang diperlukan, sehingga setiap siswa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
  2. Memilih kurikulum yang dapat disesuaikan memberikan kesempatan untuk menyesuaikan materi dengan minat dan potensi siswa, sehingga meningkatkan motivasi
  3. Melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan mengenai pembelajaran mereka sendiri dapat memotivasi mereka dan meningkatkan rasa kepemilikan atas pendidikan mereka.

Untuk memutuskan pembelajaran yang tepat bagi potensi yang berbeda, kita bisa:

1. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa melalui tes, observasi, dan diskusi.

2. Memberikan opsi dalam tugas atau proyek yang memungkinkan siswa memilih cara mereka belajar dan menunjukkan pemahaman mereka.

3. Menggunakan berbagai strategi dan materi untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa dalam kelas.

Dengan cara ini, kita tidak hanya mendukung pembelajaran yang berfokus pada siswa, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan kemandirian mereka dalam proses belajar.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang efektif memiliki dampak besar terhadap kehidupan dan masa depan murid-muridnya melalui beberapa cara:

1.      Visi dan Misi yang Jelas

2.      Menciptakan Lingkungan Positif

3.      Memberdayakan Guru

4.      Menjalin Hubungan dengan Orang Tua dan Komunitas

5.      Inovasi dan Adaptasi

6.      Menanamkan Nilai dan Etika

Dengan semua aspek ini, pemimpin pembelajaran berperan penting dalam menciptakan fondasi yang kuat untuk masa depan murid-murid mereka.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari pembelajaran modul ini dapat mencakup beberapa poin kunci:

1.      Modul ini menunjukkan bagaimana konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya saling terkait dan membentuk suatu kesatuan yang utuh. Misalnya, jika modul sebelumnya membahas teori dasar, modul ini mungkin memperlihatkan aplikasi praktisnya.

2.      Materi ini menekankan pentingnya menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata, sehingga membantu dalam pemahaman yang lebih mendalam dan relevansi pembelajaran.

3.      Melalui modul ini, keterampilan yang telah dibangun sebelumnya dapat ditingkatkan, memberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan analitis dan kritis.

4.      Pembelajaran modul ini mendorong refleksi terhadap proses belajar yang telah dilalui, memungkinkan untuk mengevaluasi kemajuan dan memahami area yang masih perlu dikembangkan.

Secara keseluruhan, modul ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pembelajaran sebelumnya dengan aplikasi yang lebih kompleks, memperkuat pemahaman dan kesiapan untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya memiliki pemahaman yang cukup baik tentang konsep-konsep tersebut. Berikut adalah ringkasan dari setiap poin:

  1. Dilema Etika dan Bujukan Moral: Dilema etika sering kali muncul ketika ada konflik antara nilai-nilai atau prinsip yang berbeda. Bujukan moral mengacu pada situasi di mana seseorang dihadapkan pada tekanan untuk bertindak dengan cara yang mungkin tidak sesuai dengan nilai atau etika pribadinya.
  2. 4 Paradigma Pengambilan Keputusan:

1)      Individu lawan Kelompok adalah tentang bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk 1 orang atau kelompok kecil dan apa yang benar untuk kelompok yang lebih besar

2)      Rasa Keadilan lawan Rasa Kasihan adalah adalah tentang bagaimana kita membuat pilihan untuk berlaku adildengan memperlakukan hal yang sama untuk semua orang tau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.

3)      Kebenaran lawan Kesetiaan adalah tentang bagaimana memilih antara jujur atau setia kepada orang lain.

4)      Jangka Pendek lawan jangka Panjang adalah tentang bagaimana memilih antara sesuatu yang baik untuk saat ini atau masa yang akan datang.

  1. 3 Prinsip Pengambilan Keputusan:

1)      Berpikir berbasis Hasil Akhir

2)      Berpikir Berbasis Peraturan

3)      Berpikir Berbasis Rasa Peduli

 

  1. Sembilan ( 9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan) :

1)      Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2)      Menentukan siapa yang terlibat

3)      Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situsi

4)      Pengujian benar atau salah

5)      Penngujian paradigma benar lawan benar

6)      Melakukan prinsip resolusi

7)      Investigasi opsi Trilema

8)      Buat keputusan

9)      Lihat lagi keputusan dan Refleksikan

Hal yang mungkin di luar dugaan adalah betapa kompleksnya interaksi antara faktor-faktor emosional dan rasional dalam pengambilan keputusan. Sering kali, keputusan yang tampaknya rasional bisa dipengaruhi oleh pertimbangan emosional yang tidak disadari.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, banyak orang mungkin sudah menghadapi situasi di mana mereka harus mengambil keputusan dalam konteks dilema moral. Misalnya, seorang pemimpin mungkin harus memilih antara kepentingan tim dan kepentingan organisasi yang lebih besar.

Perbedaan utama yang mungkin ditemukan setelah mempelajari modul ini adalah pendekatan sistematis dalam pengambilan keputusan. Modul ini mungkin mengajarkan kerangka kerja atau model tertentu yang membantu menganalisis situasi secara lebih mendalam, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan mengevaluasi konsekuensi dari setiap pilihan. Dengan demikian, pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih berlandaskan pada prinsip etika dan nilai-nilai yang dipegang, dibandingkan hanya berdasarkan insting atau pengalaman sebelumnya.

Selain itu, modul ini juga bisa menawarkan teknik untuk melibatkan orang lain dalam proses pengambilan keputusan, yang dapat memperkuat dukungan dan komitmen terhadap keputusan yang diambil. 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep ini dapat memberikan dampak yang signifikan pada cara pengambilan keputusan. Sebelum mengikuti pembelajaran, Anda mungkin lebih cenderung membuat keputusan berdasarkan intuisi atau pengalaman pribadi. Setelah mengikuti modul, Anda mungkin mulai lebih menganalisis informasi, mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis.

Perubahan yang mungkin terjadi meliputi:

  1. Analisis yang Lebih Mendalam: Anda mungkin lebih terbiasa mengevaluasi data dan bukti sebelum mengambil keputusan.
  2. Pertimbangan Risiko: Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko akan meningkat, sehingga keputusan yang diambil lebih terinformasi.
  3. Keterbukaan Terhadap Umpan Balik: Anda mungkin lebih terbuka untuk menerima masukan dari orang lain, sehingga memperkaya perspektif dalam pengambilan keputusan.
  4. Penerapan Teori dan Konsep: Memanfaatkan teori dan konsep yang dipelajari untuk memandu proses berpikir dan membuat keputusan yang lebih strategis.

Secara keseluruhan, dampak ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan efektivitas dalam membuat keputusan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari topik modul ini sangat penting baik untuk pengembangan pribadi maupun kepemimpinan. Sebagai individu, pengetahuan yang diperoleh dapat meningkatkan keterampilan, wawasan, dan pemahaman tentang diri sendiri dan orang lain. Ini membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan pengelolaan emosi.

Sebagai seorang pemimpin, pemahaman yang mendalam tentang topik ini memungkinkan untuk menginspirasi dan memotivasi tim. Ini juga membantu dalam membangun komunikasi yang efektif, menyelesaikan konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Keterampilan yang diperoleh dapat meningkatkan kemampuan untuk mengarahkan visi dan mencapai tujuan organisasi.

 

 


Sabtu, 12 Oktober 2024

JURNAL DWI MINGGUAN MODUL 2.3

 Assalamu'alaikum wr wb,

Salam dan sejahtera untuk kita semua..

Pembaca yang budiman, para guru hebat di mana saja berada..

Saya, Aini Esh Shofa akan menceritakan tentang hasil refleksi saya mengenai modul 2.3 " Coaching dalam Supervisi Akademik" yang telah saya pelajari. Saya merefleksikan dengan model 4F/4P.

1. Facts/ Peristiwa

Kegiatan di modul 2.3 ini diawali dengan Mulai dari diri. Kegiatan ini berupa refleksi mengenai kegiatan supervisi akademik yang pernah saya alami dan harapan-harapan dalam mempelajari modul ini. Kemudian kegiatan eksplorasi konsep. Pada tahap ini saya mengeksplor sendiri materi tentang coaching melalui dukungan video. Tahapan akhir kegiatan ini adalah berdiskusi bersama rekan CGP dalam menghubungkan keterampilan coaching dengan supervisi akademik. Kegiatan selanjutnya adalah ruang kolaborasi. Rukol tahap 1 kami melakukan praktik coaching bersama rekan CGP yang dibagi dalam 7 kelompok. Jadi setiap kelompok ada 2 CGP yang masing-masing harus memerankan sebagai Coach dan sebagai Coachee dalam sesi daring. Pada ruang kolaborasi ke-2 kami melakukan praktik coaching bersama rekan CGP yang sama, namun kali ini lebih tertata dengan memperhatikan langkah-langkah "TIRTA" tentang supervisi akademik. Permasalahan seputar pembelajaran di kelas dan kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah Demonstrasi Kontekstual. Pada tahap ini saya melakukan praktik mengobservasi rekan CGP dalam kegiatan supervisi akademik.

Selanjutnya adalah elaborasi pemahaman bersama instruktur. Penjelasan yang mendalam terkait coaching dan supervisi akdemik. Selanjutnya koneksi antar materi modul 2.3 dengan modul 2.1 dan 2.2 seta modul-modul sebelumnya. Modul 2.3 ditutup dengan post test.

2. Feelings/ Perasaan

Perasaan saya ketika mempelajari modul 2.3 ini yaitu penasaran saat mengenal kata " coaching " untuk supervisi akademik. Senang karena ternyata ada panduan yang jelas dan fleksibel dengan metode pilihan yang dipandang mampu digunakan oleh seorang Coach dalam menggali unsur instrinsik dari seorang coachee sehingga mampu mengeksplorasi pemikiran nya dan menemukan ide-ide baru yang bahkan belum terpikirkan sebelumnya sebagai alternatif solusi dari permasalahan yang dihadapi. Tertantang saat mempraktikkan coaching dengan sesama CGP yang memerankan setiap peran baik sebagai coach, coachee ataupun observer/ supervisor. Dan optimis. Saya meyakini saya akan mampu melakukan praktik coaching dengan rekan guru di sekolah nantinya.

3. Findings/ Pembelajaran

Pembelajaran yang saya dapatkan dari mempelajari modul ini adalah bahwa supervisi seharusnya dilaksanakan didasarkan pada prinsip coaching dan kompetensi inti coaching. Coaching bisa digunakan oleh guru kepada rekan semisal untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di sekolah atau di kelas.Aataupun guru kepada murid dalam rangka menggali potensi yang ada pada murid, tentunya dengan tetap menerapkan prinsip yang ada, agar proses coaching dapat menjadi efektif dan berkelanjutan.

4. Future/ Penerapan

Sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan melakukan kegiatan coaching ini kepada murid-murid saya untuk memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang ada pada mereka. Jika sebagai kepala sekolah saya akan berusaha menjadikan program supervisi akademik menjadi kegiatan yang berkelanjutan dan dilakukan menggunakan penedekatan coaching. Dengan begitu kegiatan Supervisi Akademik tidak hanya formalitas penilaian terhadap guru saja namun bagaimana mampu menumbuhkan semangat untuk berubah bagi para guru untuk menjadi lebih baik dan meningkat kompetensinya sehingga para murid dapat mendapatkan kebutuhan belajarnya dengan baik.

Demikian Bapak/ Ibu guru hebat dan pembaca yang budiman. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Salam dan Bahagia..

 


Rangkuman Koneksi Antarmateri Modul 3.1_Aini Esh Shofa

  Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebaikan Sebagai Pemimpin " Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka...