Senin, 29 Juli 2024

1.3.j. Koneksi Antar Materi Modul 1.3

Salam dan Bahagia..

Pembaca yang budiman, menjelang berakhirnya pembelajaran di Modul 1.3 saya akan mengulas sedikit tentang kaitan antara Modul 1.1, Modul 1.2 dan Modul 1.3. Pada kesempatan kali ini fokus perhatiannya adalah kaitan antara peran guru dan paradigma perubahan inkuiri apresiatif . Peran guru yang dimaksudkan adalah dalam mewujudkan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dan mewujudkan murid-murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.

Ada empat hal yang mendasari ulasan dalam koneksi antar materi ini yaitu 1). Peran guru atau pendidik, 2). Paradigma inkuiri apresiatif , 3). Filosofi pendidikan KHD dan 4). Profil Pelajar Pancasila.

Kita ketahui bersama bahwa peran-peran guru sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan murid sebagai pembelajar. Peran-peran tersebut diantaranya adalah menjadi pemimpin pembelajaran, mewujudkan kepemimpinan murid, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan menggerakkan komunitas praktisi. Adapun seorang guru dalam menjalankan peran-peran ini harus mengedapkan nilai-nilai positif seperti berpihak pada murid, kolaboratif, mandiri, inovatif dan reflektif. Nah, tugas kita sebagai guru adalah mengoptimalkan nilai dan peran ini agar mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik pada proses pembelajaran di sekolah.

Dasar ulasan berikutnya adalah paradigma inkuiri apresiatif. Menurut Cooperrider & Whitney (2005), inkuiri apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya. Baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Paradigma perubahan ini bertujuan mengidentifikasi nilai-nilai positif yang dimiliki individu para guru dan menggunakannya sebagai dasar perubahan. Perubahan ini tidak dapat kita lakukan secara sendirian. Perlu dukungan dan kerja sama dengan pihak lain.

Dalam praktiknya, hal yang memungkinkan kita lakukan sebagai guru untuk suatu perubahan ini diantaranya adalah:

1)      Bersama Tim ( Kepala Sekolah,Tenaga Admisnistrasi Kependidikan di sekolah, beberapa rekan guru ) mengidentifikasi perubahan yang diinginkan dalam konteks pendidikan, sebagai contoh : perubahan metode pengajaran, perbaikan kurikulum dan lainnya.

2)      Memasuki tahap inkuiri apresiatif, kita bersama tim meminta para guru berbagi pengalaman positif dalam proses pembelajaran di sekolah termasuk momen saat mereka sukses bersama murid, misalkan saat memenangkan lomba dan lainnya

3)      Meminta para guru bermimpi tentang gambaran murid atau sekolah masa depan yang diinginkan dalam konteks perubahan yang diidentifikasi.

4)      Merancang visi sederhana berdasarkan gambaran tersebut. Rancangan visi ini harus mengedepankan kebutuhan murid, berdampak pada murid dan mudah ditiru oleh orang/ lembaga lain.

5)      Merancang tindakan konkrit yang dibutuhkan untuk mencapai visi tersebut melalui model BAGJA.

6)      Melaksanakan rencana perubahan dan melakukan evaluasi terus menerus. Di sini praktis diperlukan kerjasama dengan guru beserta Tim untuk mengetahui sejauh mana fokus tujuan pelaksanaannya dan mengukur dampaknya terhadap pembelajaran murid

Dasar ulasan berikutnya adalah filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang memposisikan guru dan murid sebagai elemen penting dalam pendidikan. Guru sebagai teladan murid dalam proses tumbuh kembangnya ( ing ngarsa sung tuladha ), membangun kehendak ketika berada di tengah-tengah murid ( ing Madya mangun karsa ) dan memberi semangat dan dorongan ketika di belakang murid ( Tut wuri handayani ).

Dasar ulasan berikutnya adalah Profil Pelajar Pancasila. Tujuan akhir dari semua kegiatan di sekolah adalah terwujudnya warga sekolah yang memiliki profil pelajar pancasila. Profil ini merupakan kumpulan karakter ( Beriman kepad Tuhan YME, Mandiri, Gotong royong, Kreatif, bernalar kritis dan berkebhinekaan global ) yang memiliki manfaat sangat penting dalam dunia pendidikan. Semua karakter ini diharapkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk budaya sekolah, pembelajaran dan lainnya sehingga murid menjadi generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang selaras dengan karakter-karakter dalam profil pelajar pancasila.

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kaitan antara peran guru dalam mewujudkan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dan mewujudkan murid-murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila dengan paradigma perubahan inkuiri apresiatif  adalah bahwa

1)      Pengoptimalan peran dan nilai guru akan memberikan perubahan menuju arah yang lebih baik dalam konteks pendidikan di sekolah.

2)      Agar perubahan terarah dan teridentifikasi diperlukan suatu paradigma perubahan yang disebut inkuiri apresiatif yang mengandalkan kekuatan positif dari berbagai pihak.

3)      Kumpulan kekuatan positif yang dirangkum dalam ATAP ( Awal, Tantangan, Aksi dan Pembelajaran ) akan membentuk visi sederhana yang dikembangkan melalui prakarsa perubahan dan BAGJA ( Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan rencana dan Atur Eksekusi )

4)      Pelaksanaan visi memiliki fokus tujuan yang sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara yaitu berpihak kepada murid, berdampak kepada murid dalam pembentukan karakter profil pelajar pancasila dan mudah ditiru agar visi membumi dan bermanfaat untuk dunia pendidikan yang lebih baik.

Secara sederhana saya gambarkan sebagai rangkaian sebagai berikut :

Demikian ulasan saya tentang Koneksi Antar Materi pada Modul 1.3, semoga bermanfaat.

Salam Guru Penggerak !

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan....!

 

 


Jumat, 12 Juli 2024

1.2.j Koneksi Antar Materi Modul 1.2

Salam dan Bahagia...

Perkenalkan saya Aini Esh Shofa, Calon Guru Penggerak ( CGP ) angkatan XI dari SMK Negeri 2 Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung. Pada kesempatan yang baik ini saya ingin berbagi dengan pembaca yang budiman, tentang kesimpulan materi pada modul 1.2 pada pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak.

Setelah mempelajari mudul 1.2 dengan beberapa aktivitasnya, saya dapat menarik kesimpulan yang pertama yaitu bahwa terdapat hubungan yang erat antara emosi, cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia, daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang. Nilai-nilai positif terbentuk dari pembiasaan mengelola kemampuan berpikir logis, terstruktur, solutif dan kekuatan lain yang merupakan hasil kerja otak luhur. Pembiasaan ini melahirkan budaya positif yang mengandung nilai-nilai positif. Dengan memiliki nilai-nilai tersebut, kebutuhan kita sebagai manusia akan terpenuhi. Dengan kecakapan kolaborasi, seseorang akan diterima orang lain. Dengan kemandirian, seseorang memiliki kebebasan untuk memilih. Dengan kemampuan berinovasi, seseorang akan diakui kemampuannya. Dan dengan berrefleksi, seseorang akan “eksis” dalam menghadapi kehidupan.

Kedua, makna Profil Pelajar Pancasila dalam transformasi pendidikan adalah sebagai pedoman untuk para pendidik dalam membangun karakter murid di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar pancasila di sini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Adapun gambaran profil pelajar pancasila adalah sebagai kesatuan dimensi pembentuk karakter yang tidak dapat dipisahkan. Dimensi pembentuk tersebut adalah beriman dan bertakwa kpada Tuhan Yang Maha Esa, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, Kreatif, Gotong Royong, dan Mandiri.

Ketiga, 5 peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid dan meggerakkan komunitas praktisi. Adapun nilai-nilai positif yang perlu dikembangkan oleh guru penggerak dalam rangka mengoptimalkan perannya diantaranya adalah : 1). berpihak pada murid bermakna segala keputusan yang diambil harus didasari semangat untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan murid. 2). Mandiri bermakna senantiasa memotivasi dirinya untuk berkembang tanpa menunggu tugas demi suatu perubahan ke arah yang lebih baik.

3). Reflektif bermakna senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya. 4). Kolaboratif bermakna mampu membangun daya sanding dan rasa saling percaya dengan pemangku kepentinhgan di sekolah. 5) Inovatif bermakna mampu memunculkan gagasan segar dan tepat guna.

Keempat, bahwa keteladanan dan sistem pembiasaan yang konsisten di suatu lingkungan mempengaruhi penumbuhan nilai-nilai dalam diri seseorang. Sebagai guru penggerak diharapkan dapat memberi teladan kepada rekan sejawat terkait penerapan nilai-nilai guru penggerak. Jika kita belum mampu mempengaruhi mereka dalam perbaikan proses pembelajaran maka yang dapat kita lakukan adalah menarik perhatian mereka dengan membiasakan menerapkan nilai-nilai kolaboratif, mandiri, berpihak pada murid, reflektif dan inovatif dalam aktivitas pembelajaran kita dengan murid.

Kaitan antara kedua modul tersebut adalah bahwa segala keputusan yang diambil oleh guru harus didasari semangat untuk menciptakan pembelajaran yang memerdekakan murid. Sebagai guru penggerak kita harus memulai perubahan demi terwujudnya merdeka belajar tersebut. Caranya adalah dengan mengoptimalkan penerapan nilai-nilai guru penggerak agar peran guru menjadi maksimal.

 

Refleksi 4P

Peristiwa : Hal paling penting yang mencerahkan saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 sampai Modul 1.2 adalah pemahaman bahwa seorang anak telah membawa kodratnya masing-masing, sebagai guru kita hanya menuntunnya memaksimalkan potensi-potensi baik yang sudah ada namun belum optimal dan membiarkan potensi buruknya agar tidak berkembang.

Selanjutnya yang mencerahkan bagi saya adalah bahwa sikap membiasakan “berpikir lambat” untuk membuat suatu keputusan adalah sangat dianjurkan agar membuahkan solusi yang tepat. Proses berpikir ini memerlukan bebagai pertimbangan yang matang dan analisis yang memadai. Sebagai guru hendaknya menggunakan pola pikir positif, kepercayaan dan nilai-nilai positif dalam menjalankan perannya.

Perasaan : Saat hal itu terjadi saya merasa bagaikan orang yang spesial karena mendapat cahaya ilmu yang sangat penting yang tidak setiap orang memahami hal ini.

Pembelajaran : Dahulu saya berpikir bahwa seorang anak bisa kita bentuk sesuai keinginan kita. Sekarang saya berpikir bahwa hal itu tidak benar karena setiap anak membawa kodratnya masing-masing yang harus kita optimalkan potensi baiknya agar baik laku nya sehingga mampu meraih kebahagiaan sebagai seorang manusia.

Dahulu saya berpikir bahwa berpikir cepat dalam memutuskan sesuatu akan cepat menyelesaikan masalah namun ternyata sebaliknya.

Penerapan ( Rencana ke depan ) : Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai guru penggerak adalah mengikuti pelatihan-pelatihan mandiri, melakukan refleksi rutin terhadap proses pembelajaran di kelas, memberikan ruang untuk murid mengekplorasi kemampuan dan minatnya, berkolaborasi dengan rekan guru mata pelajaran terkait penggunaan media belajar yang inovatif dan menyenangkan.

Demikian kesimpulan dari Modul 1.2 dan kaitan Modul 1.1 dengan Modul 1.2 serta refleksi dari kegiatan pembelajaran Modul 1.2. 

Semoga bermanfaat.

Guru Penggerak, Tergerak, Bergerak, Menggerakkan !

 





Senin, 01 Juli 2024

Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


Salam dan Bahagia,..

Bapak Ibu Guru dan pembaca yang berbahagia di seluruh Indonesia, sebelum saya menyajikan artikel untuk Anda semua, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Aini Esh Shofa, S.Pd.I, seorang guru di SMK Negeri 2 Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Artikel ini saya buat dengan harapan agar saya sebagai pendidik selalu termotivasi untuk mengkontekstualisasikan pembelajaran berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ke dalam aktivitas sehari-hari. Sebagai pendidik saya sangat mengharapkan keberhasilan anak-anak saya di rumah dan juga murid-murid saya di sekolah. Untuk mencapai keberhasilan itu tentunya tidak lepas dari usaha kita sebagai guru.

Apa usaha yang sudah saya lakukan?.Yang pasti adalah mengajar. Mengajar merupakan bagian dari pendidikan yang berupa memberikan ilmu kepada murid untuk dipahami, dimengerti untuk kemudian memastikan murid dapat menggunakannya sebagai pemecah masalah sehari-hari. Metode yang saya gunakan dari tahun ke tahun adalah rangkaian dari menjelaskan materi, menyajikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian menyajikan soal-soal untuk dipecahkan secara individu, dan jarang sekali menggunakan model cooperative learning ( berkelompok ). Alasannya adalah karena pembelajaran berkelompok menjadikan materi tidak segera selesai dan bertele-tele. Walaupun begitu, menurut pengalaman dan pengamatan saya, hasil belajar rata-rata murid pun seringkali di bawah standar yang saya targetkan.

Banyak opini dan wacana tentang pendidikan berorientasi pada murid yang sudah beredar bahkan dianjurkan namun saya melihat masih banyak guru termasuk saya yang belum menaruh perhatian yang serius tentang hal ini. 

Pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat menginspirasi saya untuk memahami dasar-dasar pendidikan. Bahwa setiap anak membawa kekuatan kodrat baik buruknya masing-masing. Tugas kita sebagai pendidik adalah menuntun mereka dalam rangka menumbuhkan dan jika memungkinkan mengembangkan kekuatan ( potensi-potensi ) baik yang ada pada anak dan membiarkan atau meminimalkan potensi buruknya. Pemberian pengajaran yang bagus dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan akan berpengaruh positif terhadap tumbuh kembang potensi baik pada anak. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk menerapkan model pembelajaran di kelas berdasarkan pemikiran KHD. 

Apa yang seharusnya saya lakukan untuk menerapkan pemikiran KHD dalam praktik pembelajaran di kelas ?. Dari pengetahuan yang saya dapatkan, yang seharusnya dilakukan adalah membuat perencanaan yang matang untuk sebuah pembelajaran yang berpusat pada murid demi keberhasilan mereka. Model pembelajaran berdiferensiasi adalah model yang dipandang representatif untuk pembelajaran yang berpusat pada murid. Apakah itu pembelajaran berdiferensiasi? Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Hal-hal yang perlu direncanakan oleh guru adalah sebagai berikut :

1)     Menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar.

2)     Menentukan tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas,

3)     Melaksanakan penilaian berkelanjutan.

4)     Menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.

5)     Memberikan kebebasan kepada murid untuk bereksplorasi.

6)     Menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, dan

7)     Manajemen kelas yang efektif.

8)     Menciptakan hubungan kedekatan secara emosional dengan murid

Perlu diingat bahwa pola asuh KHD adalah momong, among dan ngemong. Jadi kita sebagai guru memberikan ruang eksplorasi kepada murid seluas-luasnya namun tetap dengan pengarahan dari kita sebagai guru di kelas. Dengan begitu murid akan merasakan pengalaman belajar yang bermakna. 

Semoga bermanfaat. 

Salam dan bahagia.

 

 

 

 


Rangkuman Koneksi Antarmateri Modul 3.1_Aini Esh Shofa

  Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebaikan Sebagai Pemimpin " Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka...